PANGANDARAN JAWA BARAT - Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU) Al Farabi Pangandaran tegaskan akan terus konsisten memproduksi kader Ulul albab guna menyongsong tata peradaban Islam Pangandaran.
Dalam dinamika perjalanannya PMII STITNU telah hadir di Pangandaran sejak tahun 2015 dengan enam periodesasi kepengurusan dan akan terus bergerak sampai cita-cita mulia organisasi terwujud.
Pembinaan kader dilakukan melalui kaderisasi Formal, Non Formal, Informal, Pembinaan Keorganisasian dan Pergerakan yang saling berkaitan erat.
Dalam hal ini komisariat PMII STITNU gelar kaderisasi Non-Formal Sekolah Pemikiran Islam dengan tema "Membangun Kesadaran Berfikir Guna Merawat Peradaban Islam" bertempat di Graha Sahabat - Parigi pada 12-15 Juni 2024.
Predi Supriadi ketua pelaksana kegiatan nmenyampaikan “Upaya pelaksanaan kegiatan ini merupakan ikhtiar atas aktualisasi yang menjadi Eka Citra PMII yaitu Insan Ulul Albab dan merupakan kaderisasi Non-Formal Pasca PKD PMII”.
Baca juga:
Ustadz Adi Hidayat: Rahasia Shalat 5 Waktu
|
“Tema yang diambil dalam kegiatan ini merupakan bentuk nyata hasil refleksi reformasi dari aktivitas warga pergerakan yang kian redup terkhusus di bidang intelektual ”Ungkapnya".
"Kemudian konsep kegiatan yang dijalankan juga mencakup penyampaian materi dari Narasumber, FGD, membaca buku dan mendiskusikan bacaan yang merujuk pada sejarah peradaban“.
“Harapannya melalui kegiatan ini bisa mendorong spirit bagi warga pergerakan dan sadar akan pentingnya berfikir guna merawat keberlangsungan peradaban yang lebih baik kedepannya "kata Predi saat di wawancara melalui WhatsApp nya".
Ketua PMII STITNU Al Farabi Pangandaran Najmul Umam Menyampaikan "Allah SWT mengingatkan hendaknya ada sebagian muslim yang tekun mendalami ilmu agama meski umat tengah berada di situasi yang genting. Hal itu tidak lain agar ada muslim (Kader PMII) yang menjaga lentera dakwah tetap menyala sehingga menerangi langkah kehidupan umat.
Sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 122 yang artinya :
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Landasan inilah yang mendorong diadakannya Sekolah Pemikiran Islam (SPI) yang tentu berlandaskan Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam yang utama. Ayat ini menemukan konteksnya kembali pada masa Milenial ini. Masa di mana budaya minat baca sangat sedikit, juga sifat kritisme yang sangat rendah. Seperti saat menerima suatu berita atau informasi langsung dibagikan tanpa mengecek kebenaran dari berita atau informasi tersebut "jelasnya".
Menurutnya, SPI merupakan kegiatan yang dalamnya mengajarkan nilai-nilai kepemimpinan profetik, filologi Sastra Islam, Al-Qur’an dan peradaban, sejarah pemikiran Islam dunia, sejarah pemikiran Islam Indonesia, Islam dan gerakan sosial.
Najmul berharap SPI ini mampu mewujudkan generasi kader yang berpikir kritis dalam mewujudkan peradaban Islam. Perang pemikiran harus dimenangkan oleh pemikiran yang benar, yakni Islam yang menjadi pemimpin peperangan pemikiran kedepan "ujarnya". (N.U)